Jumat, 10 Oktober 2008

Social Modal yang Hancur

Belakangan ini ingatanku tentang tanah nun jauh di sana (Pulau Banyak, Aceh), semakin besar. Rindu dengan kawan-kawan nelayan yang selama ini kudampingi. Apa daya, pranata keluarga yang selama ini kubenci memaksaku untuk meninggalkan mereka.
Entah sudah seperti apa mereka sekarang. Apa masih terjerat hutang oleh toke-toke ikan? Apa masih diperas oknum dan institusi militer dan polisi? Yang pasti fikiranku kembali ke mereka. Bagaimana bantuan yang mereka terima selama ini setelah tragedi Tsunami dan Gempa Bumi telah menghancurkan mata pencaharian mereka, meluluh lantakkan alam sehingga ikan pun enggan beranak pinak, dan yang lebih parah, menghancurkan nilai-nilai solidaritas dan modal sosial. Segala sesuatunya diukur dengan uang. Tanpa uang, mereka tidak mau lagi tergerak hati untuk memperbaiki kondisi hidup mereka. hanya untuk beberapa puluh ribu mereka harus kehilangan harga diri.

Mereka orang-orang kuat. Alam yang keras seharusnya membangun solidaritas tinggi. Namun sekarang semua terancam habis. Ya alamnya...ya lautnya, ya....solidaritasnya...., semua perlahan habis..digantikan bantuan-bantuan yang sebentar lagi melayang.

Tidak ada komentar: